Hewan hewan langka indonesia
Dengan luas wilayah 735.400 mil persegi dan terletak di antara dua
benua besar, Indonesia menjadi negara yang memiliki beragam jenis flora
dan fauna, baik itu yang berkarakter Asiatic, Australis, maupun
peralihan. Namun sayangnya, dari ribuan jenis flora dan fauna yang hidup
di wilayah Indonesia, ada sekitar 294 jenis flora dan fauna Indonesia
yang masuk dalam daftar spesies yang terancam punah (hewan langka) dan
patut dilindungi. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 7 Tahun
1999 tentang “Jenis-jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi”.
Orang
utan, baik itu yang hidup di pulau Sumatera atau Kalimantan juga
termasuk spesies yang sangat terancam punah. Menurut laporan IUCN,
selama 75 tahun terakhir populasi orang utan Sumatera telah mengalami
penurunan sebanyak 80%. Dalam kurun waktu 1998 dan 1999, laju kehilangan
tersebut dilaporkan mencapai sekitar 1000 orang utan per tahun.
Sementara itu, pada tahun 2004, ilmuwan memperkirakan bahwa total
populasi orangutan di Pulau Borneo, baik di wilayah Indonesia maupun
Malaysia terdapat sekitar 54 ribu individu. Kebalikan dari orangutan
Borneo, orang utan Sumatera mempunyai kantung pipi yang panjang pada
orang utan jantan.
Mungkin
saat ini jumlah populasi Harimau Sumatera tak lebih dari 300 ekor saja,
sehingga menurut WWF spesies yang merupakan satu dari enam sub-spesies
harimau yang masih bertahan hidup hingga saat ini dan termasuk dalam
klasifikasi satwa kritis atau hewan langka yang terancam punah
(critically endangered). Warna kulit harimau Sumatera merupakan yang
paling gelap dari seluruh harimau, mulai dari kuning kemerah-merahan
hingga oranye tua. Tubuhnya juga relatif paling kecil dibandingkan semua
sub-spesies harimau yang hidup saat ini. Semakin sempitnya luas habitat
karena aktivitas pembukaan lahan, membuat mereka semakin terancam
punah.
Habitat
komodo (Varanus komodoensis) di alam bebas telah menyusut akibat
aktivitas manusia dan karenanya IUCN memasukkan komodo sebagai spesies
yang rentan terhadap kepunahan. Biawak besar ini kini dilindungi di
bawah peraturan pemerintah Indonesia dan sebuah taman nasional, yaitu
Taman Nasional Komodo, didirikan untuk melindungi mereka. Habitat utama
kadal raksasa ini hanya ada di pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang,
dan Gili Dasami di Nusa Tenggara. Komodo pertama kali didokumentasikan
oleh orang Eropa pada tahun 1910. Nama hewan karnivora ini semakin
dikenal dunia setelah tahun 1912 Pieter Antonie Ouwens, direktur Museum
Zoologi di Buitenzorg (kini Bogor), menerbitkan paper tentang komodo
setelah menerima foto dan kulit reptil ini.
Jalak
Bali ditemukan pertama kali pada tahun 1910. Nama ilmiah Jalak Bali
dinamakan menurut pakar hewan berkebangsaan Inggris, Walter Rothschild,
sebagai orang pertama yang mendeskripsikan spesies ini ke dunia
pengetahuan pada tahun 1912. Jalak Bali hanya ditemukan di hutan bagian
barat Pulau Bali. Burung ini juga merupakan satu-satunya spesies endemik
Bali dan pada tahun 1991 dinobatkan sebagai lambang fauna Provinsi
Bali. Keberadaan hewan endemik ini dilindungi undang-undang. Untuk
mencegah terjadi ancaman kepunahan yang makin erius, sebagian besar
kebun binatang di seluruh dunia menjalankan program penangkaran jalak
Bali (Leucopsar rothschildi).
Badak
Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) dan Badak Jawa (Rhinoceros
sondaicus) juga menjadi perhatian penting bagi pemerintah dan para
pecinta lingkungan. Badak sumatera (Sumatran rhino) dan Badak Jawa
(Javan rinho) merupakan dua dari 5 spesies badak yang masih mampu
bertahan dari kepunahan, selain badak india, badak hitam afrika, dan
badak putih afrika. Namun, kedua badak ini sudah masuk dalam kategori
sangat terancam atau critically endangered. Status konservasi critically
endangered ini disandangkan pada spesies badak di Indonesia sejak 1996.
Mungkin
saat ini jumlah populasi Harimau Sumatera tak lebih dari 300 ekor saja,
sehingga menurut WWF spesies yang merupakan satu dari enam sub-spesies
harimau yang masih bertahan hidup hingga saat ini dan termasuk dalam
klasifikasi satwa kritis atau hewan langka yang terancam punah
(critically endangered). Warna kulit harimau Sumatera merupakan yang
paling gelap dari seluruh harimau, mulai dari kuning kemerah-merahan
hingga oranye tua. Tubuhnya juga relatif paling kecil dibandingkan semua
sub-spesies harimau yang hidup saat ini. Semakin sempitnya luas habitat
karena aktivitas pembukaan lahan, membuat mereka semakin terancam
punah.
Rupanya,
Kanguru bukan hanya milik Australia saja, karena Indonesia juga
memilikinya. Kanguru Pohon Wondiwoi namanya, merupakan salah satu
spesies hewan langka endemik yang hidup di Pulau Papua. Berdasarkan
spesimen yang ditemukan Ernst Mayr, hewan yang memiliki nama ilmiah
Dendrolagus mayri ini diperkirakan mempunyai berat sekitar 9,25 kg.
Bulunya berwarna hitam suram dengan beberapa bagian yang berwarna
kekuningan. Daerah pantat dan tungkai berwarna kemerahan dengan ekor
keputihan. Populasi pasti Kanguru Pohon Wondiwoi memang tidak pernah
diketahui secara pasti. Namun menurut IUCN Red List, diperkirakan jumlah
populasi kanguru pohon ini sekitar 50 ekor individu saja. Hal inilah
yang membuat pihak IUCN Red List memasukkan Kanguru Pohon Wondiwoi atau
Wondiwoi Tree-kangaroo sebagai spesies Critically Endangered atau
spesies yang sangat terancam punah (Kritis).
Anoa
merupakan hewan endemik pulau Sulawesi, tepatnya di provinsi Sulawesi
Tenggara. Hewan ini termasuk fauna peralihan (Asiatic – Australis).
Hewan yang dikategorikan sebagai hewan langka ini sudah di ambang
kepunahan sejak tahun 1960-an. Bahkan, selama satu dekade terakhir
jumlah populasinya semakin menurun drastis. Diperkirakan saat ini
jumlahnya tidak lebih dari 5.000 ekor di alam bebas. Ancaman kepunahan
memang tak lepas dari perilaku masyarakat yang sering memburunya untuk
diambil kulit, tanduk, serta dagingnya. Ada dua spesies binatang ini,
yaitu anoa dataran rendah dan anoa pegunungan. Maskot provinsi Sulawesi
Tenggara ini hidup di dalam hutan yang masih rimbun dan sulit didekati
manusia. Itu sebabnya hewan ini tidak bisa menjadi hewan ternak, karena
tidak bisa dijinakkan.
Kera
Hitam Sulawesi atau dalam bahasa ilmiah disebut Macaca nigra atau
sering juga disebut monyet berjambul merupakan salah satu dari sekian
jenis perimata yang keberadaannya mulai langka dan terancam mengalami
kepunahan. Kera Hitam Sulawesi merupakan satwa endemik pulau Sulawesi,
tepatnya di daerah provinsi Sulawesi Utara. Ciri utama yang pada monyet
ini adalah jambul di atas kepalanya. Dalam bahasa Inggris primata langka
ini disebut dengan beberapa nama diantaranya Celebes Crested Macaque,
Celebes Black ape, Celebes Black Macaque, Crested Black Macaque,
Gorontalo Macaque, dan Sulawesi Macaque. Sementara itu, kera ini oleh
masyarakat setempat biasa dipanggil dengan Yaki, Bolai, Dihe. Dalam
bahasa latin (ilmiah) Kera Hitam Sulawesi dinamai Macaca nigra yang
bersinonim dengan Macaca lembicus (Miller, 1931) Macaca malayanus
(Desmoulins, 1824). Kera hitam sulawesi ini semakin hari keberadaannya
semakin langka dan terancam punah. Bahkan oleh IUCN Redlist digolongkan
dalam status konservasi Critically Endangered (Krisis).
Pesut
mahakam atau dalam bahasa Latin disebut Orcaella brevirostris adalah
sejenis hewan mamalia yang sering disebut lumba-lumba air tawar yang
hampir punah karena berdasarkan data tahun 2007, populasi hewan tinggal
50 ekor saja dan menempati urutan tertinggi satwa Indonesia yang
terancam punah. Ilmuwan internasional mengklasifikasikan populasi Pesut
Mahakam di Sungai Mahakam, Kalimantan Timur, dalam kondisi sangat
terancam punah. Banyak faktor yang mempengaruhi populasi pesut. Jumlah
pasokan makanan yang makin berkurang di alam, lalu lalang kapal ponton
di kawasan habitatnya, serta penggunaan racun oleh nelayan setempat
menjadi biang kerok berkurangnya populasi ikan pesut.
Harimau
Jawa telah lama punah, dan spesies sejenis yang masih ada di tanah Jawa
adalah Macan Tutul Jawa atau dalam bahasa Latin disebut Panthera pardus
melas. Hewan langka yang menjadi ikon provinsi Jawa Barat ini merupakan
satwa endemik pulau Jawa dan menjadi bagian dari sembilan subspesies
Macan Tutul (Phantera pardus) di dunia. Macan Tutul Jawa yang telah
dikategorikan dalam status konservasi “Critically Endangered” mempunyai
dua jenis variasi, yaitu Macan Tutul berwarna terang dan Macan Tutul
berwarna hitam yang biasa disebut dengan Macan Kumbang. Meskipun
berwarna berbeda, kedua kucing besar ini adalah subspesies yang sama.
Menurut laporan dari IUCN, jumlah Macan Tutul Jawa yang masih hidup tak
lebih dari 300 ekor di habitatnya.
Dalam
bahasa Inggris kura-kura hutan sulawesi yang endemik pulau Sulawesi ini
disebut sebagai Sulawesi Forest Turtle. Sedangkan resminya, hewan
langka ini mempunyai nama latin yaitu Leucocephalon yuwonoi yang
bersinonim dengan Geoemyda yuwonoi dan Heosemys yuwonoi. Kura-kura hutan
Sulawesi ini sering juga dikenal dengan nama kura-kura paruh betet.
Pemberian julukan nama tersebut dikarenakan bentuk mulutnya yang unik
seperti burung betet. Kura-kura hutan Sulawesi (kura-kura paruh betet)
ini termasuk dalam salah satu dari 7 jenis reptil paling langka di
Indonesia. Bahkan termasuk dalam daftar The World’s 25 Most Endangered
Tortoises and Freshwater Turtles—2011 yang dikeluarkan oleh Turtle
Conservation Coalition. Sebelumnya kura-kura hutan sulawesi digolongkan
dalam genus Heosemys, namun sejak tahun 2000 dimasukkan dalam genus
tunggal Leucocephalon. Kata ‘yuwonoi’ dalam nama ilmiahnya merujuk pada
Frank Yuwono yang kali pertama memperoleh spesimen pertama kura-kura
hutan sulawesi ini di pasar di Gorontalo Sulawesi.
Elang
flores atau Nisaetus floris merupakan jenis elang berukuran besar
sekitar 71 – 82 cm yang turut memperkaya keragaman burung di nusantara.
Meskipun namanya elang flores, burung ini juga dapat dijumpai juga di
Pulau Lombok, Sumbawa, serta pulau kecil Satonda dan Rinca, selain tentu
saja di Pulau Flores, Nusa Tenggara. Kecenderungan populasi elang
flores yang terus menurun membuat Badan Konservasi Dunia IUCN
menetapkannya sebagai jenis “satu langkah menuju kepunahan” (Critically
Endangered/CR). Jumlah individu dewasa di seluruh persebarannya
diperkirakan sekitar 100 pasang dengan daerah jelajah sekitar 10.000
kilometer persegi. Ciri elang ini adalah tubuh bagian bawahnya berwarna
putih, hidup di kawasan hutan dataran rendah dan submontana hingga
ketinggian 1.000 mdpl. Teknik memangsanya yang mudah terlihat adalah
berburu dari tenggeran dan terbang mengangkasa memanfaatkan aliran udara
panas.
Ekidna
Moncong Panjang Barat (Zaglossus bruijnii) atau yang dalam bahasa
Inggris biasa disebut dengan Western Long-beaked Echidna merupakan hewan
endemik yang berasal dari Papua, dan Australia (punah) yang hidup di
ketinggian 1300-4000 mdpl. Habitatnya adalah padang rumput alpin dan
hutan yang lembap. Ekidna merupakan hewan mammalia yang bertelur (ordo
Monotremata) yang masih bertahan hidup hingga sekarang di samping
platipus (Ornithorhynchus anatinus). Sebagaimana dengan platipus, Ekidna
termasuk hewan yang aneh. Ekidna menjadi aneh lantaran hewan mamalia
selayaknya harimau ataupun tarsius tetapi ekidna tidak melahirkan
anaknya melainkan bertelur.
Philautus
jacobsoni atau biasa disebut Katak Pohon Ungaran. Memiliki status
Critically endangered (hampir punah) dan masuk dalam daftar The IUCN Red
List of Threatened Species tahun 2008. Dalam pernyataannya, Philautus
jacobsoni dinyatakan hampir punah dengan alasan daerah yang menjadi
habitatnya kurang dari 10 km2, semua individu dari jenis katak ini hanya
terdapat di Gunung Ungaran, Semarang, Jawa Tengah.
Burung
Trulek Jawa (Vanellus macropterus) merupakan salah satu jenis burung
endemik Jawa yang memiliki habitat utama di wilayah rawa yang luas,
seperti padang rumput luas yang banjir saat musim hujan. Menurut data
IUCN terbaru tahun 2013, jumlah populasi Trulek Jawa ini sangat kecil,
diasumsikan kurang dari 50 individu saja. Mengerikan bukan? Jumlah
populasi yang dimungkinkan menurun ini, disebabkan oleh gangguan manusia
dan konversi habitat untuk budidaya dan pertanian, serta perburuan.
Sejalan dengan itu, menurut data IUCN, dinyatakan bahwa ancaman
kepunahan Trulek Jawa ini adalah masalah lahan dari habitat asli yang
telah dialihfungsikan menjadi wilayah agro-industry farming atau lahan
pertanian dan menjadi daerah budidaya air tawar, yaitu tambak.
Jenis
burung yang semakin terancam kelestariannya adalah burung Kakatua
Jambul Kuning atau dalam nama ilmiahnya disebut Cacatua sulphurea.
Daerah sebaran kakatua-kecil jambul-kuning adalah Kepulauan Sunda Kecil,
Sulawesi, Bali, dan Timor, di tempat yang masih terdapat hutan-hutan
primer dan sekunder. Menurut Kepala Balai Konservasi Sumberdaya Alam
(BKSDA) Provinsi Nusa Tengara Barat Dr Ir Widada MM, seperti dikutip
dari Republika, mengungkapkan populasi burung Kakatua Jambul Kuning yang
hidup di alam liar di daerah NTB saat ini tersisa 145 ekor. Bahkan,
lanjut Widada, burung Kakatua jambul kuning telah dinyatakan hewan
langka yang masuk kategori kritis oleh lembaga konservasi dunia (IUCN),
karena jumlahnya yang semakin sedikit.
Simakobu
adalah monyet berhidung pesek yang status populasinya paling
mengkhawatirkan dan orang jarang bahkan tidak mengenalnya. Simakobu
adalah spesies monoleptik dimana binatang ini tidak memiliki ‘saudara’
dalam marganya. Russel A. Mittermeier, Presiden Conservation
International (CI) juga menambahkan bahwa Simakobu merupakan
satu-satunya monyet pemakan daun yang mempunyai ekor melingkar pendek
dan mempunyai hidung tumpul seperti halnya monyet emas atau monyet
berhidung pesek. Simakobu atau yang bernama ilmiah Simias concolor ini
menjadi penting karena statusnya dalam IUCN yang dikategorikan sebagai
spesies yang Critically Endangered atau status konservasi tingkat
keterancaman tinggi (hewan langka) dan dicap sebagai ‘The World’s 25
Most Endangered Primates’. Hal ini terjadi karena populasi monyet ekor
babi selama 10 tahun terakhir mengalami penurunan hingga 80%.
Selain
Simakobu, kawasan Mentawai juga dihuni spesies primata lainnya. Orang
lokal menyebutnya Bokoi atau bokkoi (Macaca pagensis). Mereka adalah
sejenis monyet yang menyebar terbatas (endemik) di Kepulauan Mentawai,
lepas pantai barat Sumatera. Nama itu adalah sebutan yang sering
digunakan oleh penduduk Kepulauan Mentawai untuk menyebut hewan
tersebut. Nama lainnya adalah beruk mentawai, sedangkan dalam Bahasa
Inggris disebut dengan nama Pagai Island Macaque. Epitet spesifiknya,
yaitu pagensis, berarti “berasal dari Pagai”; merujuk kepada pulau-pulau
Pagai di Kepulauan Mentawai sebagai habitat asal beruk ini yang kian
terancam punah.
Tarsius
adalah primata dari genus Tarsius, suatu genus monotipe dari famili
Tarsiidae, satu-satunya famili yang bertahan dari ordo Tarsiiformes.
Tarsius mempunyai tubuh kecil dengan mata yang sangat besar; tiap bola
matanya berdiameter sekitar 16 mm dan keseluruhan berukuran sebesar
otaknya. Kaki belakangnya juga sangat panjang. Sampai saat ini populasi
Tarsius cenderung mengalami penurunan (IUCN, 2012). Perkiraan kepadatan
populasi Tarsius di Tangkoko adalah 156/km2 (Gursky, 1997). Hal ini
karena dipengaruhi oleh faktor-faktor baik dari dalam (internal) maupun
dari luar (eksternal). Faktor luar (eksternal) yang mempengaruhi Tarsius
antara lain adalah lingkungan(habitat,sarang, jenis vegetasi), iklim
(suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dan curah hujan), predator (kucing
hutan, ular dan manusia), dan pakan.
Burung
Gagak Banggai atau Corvus unicolor sempat dinyatakan telah punah,
kemudian tahun 2007 lalu kawanan spesies ini terlihat kembali di alam
liar dengan jumlah terbatas. Hal inilah yang mendasari bahwa kondisi
spesies ini termasuk satwa dilindungi dan terancam punah. Gagak banggai
merupakan salah satu jenis burung endemik Sulawesi. Burung ini
sebarannya terbatas hanya pada daerah Kepulauan Banggai. Gagak Banggai
berukuran kurang lebih 39 cm dengan corak tubuh berwarna hitam dengan
iris pucat, ekor yang pendek, berkaki gelap dan leher mungkin
menunjukkan kemilau cokelat kusam. Selain itu suara kicauan burung
memberikan 3-4 catatan berderit peluit Kruik, Kruik, Kruik, Kruik, yang
berlangsung 2-3 detik.
Burung
Kacamata Sangihe atau Zosterops nehrkorni merupakan salah satu satwa
(aves) yang telah ditetapkan sebagai burung langka, dan berada dalam
kategori status critically endangared oleh IUCN. Hal ini tidak lain
disebabkan karena habitat burung kacamata sangihe yang sangat sempit dan
adanya perburuan liar karena burung ini memiliki suara kicauan yang
indah. Bahkan pada tahun 1999 burung ini sempat dinyatakan punah oleh
para peneliti dikarenakan kicauannya tidak terdengar lagi di Gunung
Sahendaruman dan Gunung Sahengbalira di pulau Sangihe. Namun sayangnya,
burung yang disebut mata mawiera oleh penduduk setempat ini belum
didaftarkan sebagai burung yang dilindungi oleh pemerintah Republik
Indonesia (RI). Hal ini dibuktikan dengan tidak dicantumkannya nama
burung kacamata sangihe pada lampiran PP No. 7 tahun 1999.
Celepuk
siau (Otus siaoensis) adalah salah satu burung langka yang masuk dalam
kategori terancam punah di dunia. Burung celepuk siau merupakan burung
endemik yang hanya terdapat di sebuah pulau kecil bernama “Siau” di
Kabupaten Sangihe, Propinsi Sulawesi Utara. Sesuai dengan namanya,
Celepuk siau merupakan anggota burung hantu (ordo Strigiformes) yang
dalam bahasa Inggris biasa disebut sebagai Siau Scops-owl. Sedangkan
dalam nama ilmiah (latin) celepuk ini diberi nama Otus siaoensis.
Populasi burung endemik ini tidak diketahui dengan pasti, namun
berdasarkan persebarannya yang hanya terbatas di pulau dan penampakan
langsung yang jarang sekali, celepuk siau dikategorikan oleh IUCN
Redlist dalam status konservasi Kritis (Critically Endangered) sejak
tahun 2000. CITES juga memasukkan celepuk ini dalam Apendix II sejak
1998.
Kodok
Merah atau dalam bahasa latinnya Leptophryne cruentata merupakan jenis
kodok endemik yang hanya ditemukan di Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango dan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Kodok Merah pun
menjadi salah satu hewan langka yang terancam punah. Sehingga tidak
berlebihan jika kemudian IUCN Redlist mencatatnya dengan status
Critically Endangered(Kritis). Meskipun di Indonesia sendiri Kodok ini
luput dari daftar satwa yang dilindungi. Kodok Merah sering kali disebut
juga sebagai Katak Darah. Kodok Merah dalam bahasa Inggris disebut
sebagai Bleeding Toad atau Fire Toad. Sedangkan dalam bahasa latin (nama
ilmiah) hewan ini disebut Leptophryne cruentata. Nama latinnya ini
mempunyai arti kurang lebih ‘berdarah’.
Burung
Tokhtor Sumatera memiliki nama latin carpococcyx viridis adalah burung
endemik pulau Sumatera yang termasuk di dalam 18 burung sangat langka di
indonesia. Burung tokhtor sumatera telah terdaftar sebagai salah satu
satwa yang langka yaitu status konservasi dengan keterancaman sangat
tinggi. Jumlah populasinya diperkirakan tak sampai mencapai 300 ekor.
Burung tokhtor sumatera dulu sudah dianggap telah punah karena sejak
terdiskripsikan pada tahun 1916 tak pernah ditemukan lagi. Kemudian pada
November tahun 1997 seekor tokhtor sumatera sukses difoto untuk pertama
kalinya oleh Andjar Rafiastanto.
Rusa
Bawean yang dalam bahasa Latinnya Axis kuhlii merupakan hewan endemik
yang hidup di Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur. Jenis
rusa ini merupakan rusa yang populasinya semakin langka dan terancam
kepunahan. Rusa Bawean merupakan hewan langka yang hidup nokturnal,
lebih sering aktif di sepanjang malam. Menyukai habitat di semak-semak
pada hutan sekunder yang berada pada ketinggian hingga 500 mdpl. Rusa
Bawean memiliki tubuh yang relatif lebih kecil dibandingkan rusa jenis
lainnya. Rusa Bawean mempunyai tinggi tubuh antara 60-70 cm dan panjang
tubuh antara 105-115 cm. Rusa ini mempunyai bobot antara 15-25 kg untuk
rusa betina dan 19-30 kg untuk rusa jantan. Selain itu, ciri lain dari
rusa ini adalah memiliki ekor sepanjang 20 cm yang berwarna coklat dan
keputihan pada lipatan ekor bagian dalam. Rusa ini mempunyai kecepatan
berlari yang sangat cepat dan cerdik.
Kodok
Sumatera atau nama latinnya Duttaphrynus sumatranus merupakan satwa
amfibi paling langka di Indonesia, bersama dengan Kodok Merah
(Leptophryne cruentata) dan Kodok Pohon Ungaran (Philautus jacobsoni).
Kodok-kodok tersebut menyandang status Critically Endangered dari IUCN
Red List. Diketahui kodok endemik ini hanya mendiami daerah ‘Lubuk
Selasih’ di sekitar Gunung Talang di perbatasan tiga kabupaten, Padang
Pariaman, Solok dan Pesisir Selatan, provinsi Sumatera Barat. Berbagai
ancaman seperti kerusakan habitat dan alih fungsi lahan menjadi lahan
pertanian serta pendangkalan sungai diduga berpengaruh besar pada
tingkat keterancaman kodok endemik Indonesia ini.
Merak
hijau atau bahasa Latinnya Pavo muticus merupakan salah satu burung
dari tiga spesies merak. Seperti burung-burung lainnya yang ditemukan di
suku Phasianidae, merak hijau mempunyai bulu yang indah. Bulu-bulunya
berwarna hijau keemasan. Burung betina berukuran lebih kecil dari burung
jantan. Bulu-bulunya kurang mengkilap, berwarna hijau keabu-abuan dan
tanpa dihiasi bulu penutup ekor. Burung jantan dewasa berukuran sangat
besar, panjangnya dapat mencapai 300 cm, dengan penutup ekor yang sangat
panjang. Di atas kepalanya terdapat jambul tegak. Merak hijau terdapat
di kepulauan Jawa dan statusnya dilindungi oleh undang-undang karena
sebagai hewan langka.
Hiu
Gergaji atau bahasa ilmiahnya Pristis microdon adalah spesies ikan yang
hidup di lautan Indo-Pacific serta dapat juga hidup di sungai untuk
melakukan siklus hidupnya. Pada musim hujan antara bulan Desember-Maret,
ikan ini akan hidup di sungai air tawar. Sedangkan ketika memasuki
musim kering (Mei-Oktober), ikan hiu sentani akan lebih suka tinggal di
muara atau teluk yang menyerupai habitat air laut. Selain di Australia,
ikan ini juga menyebar ke Kalimantan, Papua, Vietnam, India, Madagascar
dan Afrika timur. Di Indonesia sendiri ikan hiu gergaji (Pristis
microdon) ini menjadi salah satu hewan endemik yang terdapat di Danau
Sentani, Papua. Jumlahnya yang menyusut membuat spesies ini masuk dalam
satwa yang patut dilestarikan.
Arowana
Irian memiliki bentuk tubuh dengan sisik yang berwarna-warni yang akan
menambah pesonanya sehingga kelihatan cantik dan anggun. Banyak pecinta
ikan yang memburu spesies ini sebagai ikan hias. Populasinya yang
terbatas menjadikan ikan ini sebagai salah satu satwa yang dilindungi.
Jadi, tidak sembarang pihak bisa memelihara ikan ini. Bentuk tubuh
arwana irian (Sceloropages leichartidti) comperessed, lebar, dan tebal.
Bagian tubuhnya terdapat bercak merah atau kuning dan warna sirip dan
tubuhnya didominasi dengan warna hijau tua. Arwana irian yang
berkualitas baik memiliki sirip dan sisiknya yang utuh, sungutnya tidak
patah maupun tertekuk, bola mata bening dan tidak menderita juling.
Nah, demikianlah sederet satwa atau hewan langka yang ada di
Indonesia. Sebagai warga negara yang baik, sudah sepatutnya kita ikut
menjaga kelestarian hidupnya dengan berbagai cara dan upaya, misalnya
mencegah perburuan dan menjaga habitatnya.
source : https://www.diedit.com/hewan-langka-indonesia/
Daftar Hewan Langka di Indonesia yang Terancam Punah
Dalam artikel ini akan dipaparkan sekitar 30 spesies hewan langka yang sudah masuk dalam zona kritis dan harus dilakukan berbagai upaya untuk melestarikannya. Sebenarnya, dalam dunia konservasi, tidak dikenal istilah hewan langka, namun disebut sebagai “hewan langka terancam punah”. Istilah ini sudah lazim dipakai oleh berbagai lembaga atau organisasi konservasi internasional, misalnya IUCN (International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources). Dengan bekerjasama dengan berbagai negara, organisasi dunia ini bergerak aktif untuk menangani berbagai sumber daya alam (flora & fauna) yang sudah masuk dalam daftar terancam punah atau Red List of Threatened Species.1. Orang Utan Sumatera dan Kalimantan
![hewan langka indonesia](https://www.diedit.com/wp-content/uploads/2017/04/hewan-langka-1.jpg)
2. Harimau Sumatera
![harimau sumatera](https://www.diedit.com/wp-content/uploads/2017/04/harimau-sumatera.jpg)
3. Komodo
![hewan langka komodo](https://www.diedit.com/wp-content/uploads/2017/04/komodo.jpg)
4. Burung Jalak Bali
![burung jalak bali](https://www.diedit.com/wp-content/uploads/2017/04/jalak-bali.jpg)
5. Badak Jawa dan Sumatera
![badak](https://www.diedit.com/wp-content/uploads/2017/04/badak.jpg)
6. Gajah Sumatera
![gajah](https://www.diedit.com/wp-content/uploads/2017/04/gajah.jpg)
7. Kanguru Pohon Wondiwoi
![kanguru pohon indonesia](https://www.diedit.com/wp-content/uploads/2017/04/kanguru-pohon.jpg)
8. Anoa
![anoa](https://www.diedit.com/wp-content/uploads/2017/04/anoa.jpg)
9. Monyet Hitam Sulawesi
![kera hitam sulawesi](https://www.diedit.com/wp-content/uploads/2017/04/monyet-hitam-sulawesi.jpg)
10. Pesut Mahakam
![ikan pesut](https://www.diedit.com/wp-content/uploads/2017/04/pesut-mahakam.jpg)
11. Macan Tutul Jawa
![macan tutul](https://www.diedit.com/wp-content/uploads/2017/04/macan-tutul.jpg)
12. Kura-kura Paruh Betet
![kura kura betet](https://www.diedit.com/wp-content/uploads/2017/04/kura-kura.jpg)
13. Elang Flores
![elang flores hewan langka](https://www.diedit.com/wp-content/uploads/2017/04/elang-flores.jpg)
14. Ekidna Moncong Panjang Barat
![landak moncong](https://www.diedit.com/wp-content/uploads/2017/04/landak-moncong.jpg)
15. Kodok Pohon Ungaran
![katak ungaran](https://www.diedit.com/wp-content/uploads/2017/04/katak-ungaran.jpg)
16. Burung Trulek Jawa
![buung langka trulek jawa](https://www.diedit.com/wp-content/uploads/2017/04/trulek-jawa.jpg)
17. Kakatua Jambul Kuning
![kakatua jambul kuning](https://www.diedit.com/wp-content/uploads/2017/04/kakatua.jpg)
18. Simakobu
![monyet langka simakobu](https://www.diedit.com/wp-content/uploads/2017/04/monyet-simakobu.jpg)
19. Beruk Mentawai
![monyet mentawai](https://www.diedit.com/wp-content/uploads/2017/04/beruk-mentawai.jpg)
20. Tarsius Siau
![tarsius](https://www.diedit.com/wp-content/uploads/2017/04/siau.jpg)
21. Gagak Banggai
![burung gagak benggai](https://www.diedit.com/wp-content/uploads/2017/04/gagak.jpg)
22. Burung Kacamata Sangihe
![burung langka](https://www.diedit.com/wp-content/uploads/2017/04/burung-kacamata.jpg)
23. Burung Hantu (Celepuk) Siau
![burung hantu siau](https://www.diedit.com/wp-content/uploads/2017/04/burung-hantu.jpg)
24. Katak Merah atau Katak Api
![katak merah](https://www.diedit.com/wp-content/uploads/2017/04/katak-merah.jpg)
25. Burung Tokhtor Sumatera
![burung langka sumatera](https://www.diedit.com/wp-content/uploads/2017/04/burung-tortor.jpg)
26. Rusa Bawean
![rusa langka](https://www.diedit.com/wp-content/uploads/2017/04/rusa-bawean.jpg)
27. Kodok Sumatera
![kodok langka sumatera](https://www.diedit.com/wp-content/uploads/2017/04/kodok-langka.jpg)
28. Merak Hijau
![merak langka](https://www.diedit.com/wp-content/uploads/2017/04/merak.jpg)
29. Hiu Sentani
![hiu sentani](https://www.diedit.com/wp-content/uploads/2017/04/hiu-sentani.jpg)
30. Ikan Arwana Irian
![arwana irian](https://www.diedit.com/wp-content/uploads/2017/04/arwana.jpg)
source : https://www.diedit.com/hewan-langka-indonesia/
Komentar
Posting Komentar